Pembentukan AUKUS: Stabilisasi atau Ancaman?

Ditulis oleh: Aisha Amanda, Acep Mujib Ichlasul Amal, Jihan Mayola

    Kebangkitan China pada sektor ekonomi melalui proyek Belt and Road Initiative (BRI) menjadi isu penting pada keamanan kawasan Indo-Pasifik. BRI merupakan program penting China yang menciptakan dua rute besar meliputi rute darat dan laut, yang juga meliputi wilayah Indo-Pasifik. Program BRI ini bertujuan untuk memperkuat hubungan kerja dan infrastruktur, perdagangan, dan investasi, BRI ini bukan hanya menjadi sekedar inisiatif, tetapi menjadi ‘jendela’ bagi China untuk mengintegrasikan dirinya dengan ekonomi dunia, memperkuat pengaruhnya secara ekonomi, politik, dan budaya di wilayah yang dilalui BRI serta mempromosikan kepentingan nasionalnya (Korwa, 2019).

    Dengan adanya kepentingan BRI ini, China sebagai negara superpower mendominasi kawasan Indo-Pasifik dan melewati rangkaian sengketa kewilayahan, hal ini terkait juga dengan claim China atas berlakunya nine dash lines dan tidak mematuhi apa yang menjadi UNCLOS 1982. Atas kebangkitan China ini, sebagai negara adidaya Amerika Serikat juga memiliki kepentingan geoekonominya yang ditunjukan dengan rebalancing policy untuk mengimbangi strategi BRI China (Anggraeni et al., 2021). 

    Pada 15 September 2021, Australia, Inggris dan Amerika Serikat mengumumkan pembentukan kerjasama yang dinamakan AUKUS atas adanya tantangan di Indo-Pasifik ini. AUKUS atau singkatan dari Australia, United Kingdom, and United States adalah sebuah pakta keamanan trilateral yang menjadi akselerator penghubung antara Pemerintah dan ketiga negara yang berfokus dalam meningkatkan kekuatan militer dengan mengembangkan dan mengaplikasikan teknologi kepada militer (Shoebridge, 2021). Australia, Inggris, dan Amerika Serikat merupakan sekutu alami yang memiliki nilai kepentingan yang sama. Inggris dan Amerika Serikat pun telah lebih dulu beraliansi di NATO, dan pembentukan AUKUS ini akan mendukung tujuan bersama kedua negara tersebut di wilayah baru dalam mempromosikan stabilitas dan melindungi orang-orang dari ancaman baru yang muncul.


    Australia merupakan negara yang terdekat dengan Indo Pasifik dan tujuan dari terbentuknya AUKUS ini adalah memfasilitasi militer angkatan laut Australia dengan kapal selam bertenaga nuklir. AUKUS ini menjadi kerjasama trilateral di bidang pertahanan keamanan tradisional yang dibuat untuk mendukung militer Australia oleh Britania Raya dan Amerika Serikat untuk mengimbangi kekuatan China.

Bagaimana Dampaknya?

    Jika dilihat dari kebangkitan China, memang menawarkan peluang dan tantangan sekaligus bagi ASEAN di mana peningkatan sektor ekonomi menawarkan harapan untuk pertumbuhan berkelanjutan di ASEAN, tetapi di samping itu meningkatnya dimensi militer China meningkatkan kekhawatiran ASEAN atas kemungkinan upaya China menuju dominasi regional dan redrawing boundaries (Shekhar, 2012). Jika melihat situasi sekarang dengan adanya dominasi China di Indo-Pasifik yang membuat kekhawatiran baru bagi negara-negara kawasan, menumbuhkan pertanyaan bahwa siapa yang dapat mengimbangi kekuatan China? Apakah ASEAN sendiri dapat mengimbangi China? Maka dari itu, sebenarnya memang perlu adanya antisipasi atas hal ini. Namun, bagaimanakah antisipasi tersebut dan siapakah yang mampu?

    Pengumuman resmi terkait kerjasama AUKUS dalam pembuatan kapal selam bertenaga nuklir membuat semua pihak terkejut, terutama negara-negara kawasan termasuk Indonesia. Perwujudan Kapal Selam bertenaga Nuklir yang digagas AUKUS ini tentunya telah menciderai aturan mengenai non-proliferasi nuklir yang terdapat dalam hukum internasional dan berpotensi menciptakan ketegangan baru bagi kawasan Indo-Pasifik. Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dalam sebuah pertemuan dengan Asia Community memberikan pernyataan resmi Indonesia dalam merespon pembentukan AUKUS. Menlu Retno mengungkapkan bahwa Indonesia khawatir dengan adanya aliansi AUKUS akan meningkatkan berbagai macam kemungkinan terjadinya perlombaan senjata dan power projection (Nindya & Abiyya, 2022). Pada akhirnya, hal tersebut akan berdampak terhadap terguncangnya stabilitas perdamaian kawasan. Selain itu, Indonesia meminta kepada Australia untuk tetap berkomitmen penuh dalam memenuhi berbagai macam kewajiban non-proliferasi nuklir. Lebih lanjut, Indonesia terus mendorong perdamaian, stabilitas dan keamanan regional dengan Australia yang sesuai dengan traktat persahabatan dan kerja sama (Haryono, 2021).

Mengapa Hal ini dapat Menjadi Ancaman?

      Landasan perwujudan kerjasama ketiga negara dalam membendung eksistensi dan pengaruh China di kawasan melahirkan kekhawatiran baru bagi sebagian negara di kawasan. Peningkatan eskalasi di Laut China Selatan dapat mendatangkan banyaknya kekuatan militer non-claimant yang datang dan ikut campur terkait permasalahan isu Laut China Selatan. Negara-negara yang berada berdekatan dan berhubungan langsung dengan laut China selatan dimungkinkan akan meningkatkan kemampuan militernya akibat dari adanya kontestasi di kawasan Laut China Selatan yang dapat menimbulkan potensi pecahnya perang (Prakoso, 2021). Kontestasi tersebut dapat diprediksi dengan melahirkan perlombaan senjata, penempatan unit militer di kawasan Laut China Selatan, bahkan skenario yang paling buruk adalah perlombaan dan penempatan senjata nuklir di kawasan Laut China Selatan (Haryono, 2021).

      Realisme klasik memang menjelaskan bagaimana pentingnya sebuah Balance of Power yang berarti perimbangan kekuatan. John H. Herz memperkenalkan Security Dilemma yang mengacu pada sebuah situasi dilematis di mana negara-negara menambahkan kekuatan militer untuk dapat mengurangi rasa ancaman dari negara lain. Kehadiran AUKUS ini memicu hadirnya Security Dilemma, terlebih China dinilai sentimen jika sudah mencakup Amerika Serikat. Meningkatnya postur pertahanan melalui Kapal Selam bertenaga nuklir Australia akan mendorong China dan negara lain untuk mengeksalasi kekuatan militernya yang berpotensi adanya perlombaan senjata atau arms race dan menimbulkan ancaman lebih lanjut. Namun, apakah kemudian kehadiran AUKUS ini hanya akan menimbulkan ancaman? nyatanya, dominasi China sendiri telah menyebabkan ketegangan di kawasan Indo-Pasifik dan diperlukan adanya sebuah stabilitator kawasan meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa perjanjian AUKUS dapat menimbulkan security dilemma.

      

Referensi: 

  • Anggraeni, G. N., Sulistiyanto, & Supandi. (2021). The Selection of Geopolitical and Geoeconomic Strategies Among Indonesia, China, and United States of America in South China Sea. Jurnal Ekonomi Pertahanan, 7(1), 1-25
  • Haryono, W. (2021, September 20). Heboh Aliansi AUKUS, Apakah Indonesia Patut Waspada? medcom.id. Retrieved April 09, 2023, from https://www.medcom.id/internasional/opini/0KvgvvRN-heboh-aliansi-aukus-apakah-indonesia-patut-waspada
  • Korwa, J. R. V. (2019). Kebangkitan China Melalui Belt and Road Initiative dan (Re)konstruksi Hubungan Internasioanl dalam Sistem Westphalia. Jurnal Hubungan Internasional, 8(1), 1-11.
  • Nindya, A. P., & Abiyya, R. A. (2022, Mei 1). Jurnal Politica. Pengaruh AUKUS terhadap Stabilitas Indo-Pasifik dan Sikap Indonesia, 13(1), 77. https://jurnal.dpr.go.id/index.php/politica/article/view/2917
  • Perot, E. (2021, September 27). The Aukus agreement, what repercussions for the European Union? La Fondation Robert Schuman. Retrieved April 6, 2023, from https://www.robert-schuman.eu/en/european-issues/0608-the-aukus-agreement-what-repercussions-for-the-european-union
  • Prakoso, L. Y. (2021, Desember). Jurnal Maritim Indonesia. AUKUS Peluang dan Kendala bagi Indonesia, 9(3), 221. https://jurnalmaritim.tnial.mil.id/index.php/IMJ/article/view/86
  • Haryono, W. (2021, September 20). Heboh Aliansi AUKUS, Apakah Indonesia Patut Waspada? medcom.id. Retrieved April 09, 2023, from https://www.medcom.id/internasional/opini/0KvgvvRN-heboh-aliansi-aukus-apakah-indonesia-patut-waspada
  • Korwa, J. R. V. (2019). Kebangkitan China Melalui Belt and Road Initiative dan (Re)konstruksi Hubungan Internasioanl dalam Sistem Westphalia. Jurnal Hubungan Internasional, 8(1), 1-11.
  • Nindya, A. P., & Abiyya, R. A. (2022, Mei 1). Jurnal Politica. Pengaruh AUKUS terhadap Stabilitas Indo-Pasifik dan Sikap Indonesia, 13(1), 77. https://jurnal.dpr.go.id/index.php/politica/article/view/2917
  • Perot, E. (2021, September 27). The Aukus agreement, what repercussions for the European Union? La Fondation Robert Schuman. Retrieved April 6, 2023, from https://www.robert-schuman.eu/en/european-issues/0608-the-aukus-agreement-what-repercussions-for-the-european-union
  • Prakoso, L. Y. (2021, Desember). Jurnal Maritim Indonesia. AUKUS Peluang dan Kendala bagi Indonesia, 9(3), 221. https://jurnalmaritim.tnial.mil.id/index.php/IMJ/article/view/86
  • Prime Minister's Office. (2021, September 15). UK, US AND Australia launch new security partnership. GOV.UK. Retrieved April 9, 2023, from https://www.gov.uk/government/news/uk-us-and-australia-launch-new-security-partnershi
  • Shekhar, V. (2012). ASEAN’s Response to the Rise of China: Deploying a Hedging Strategy. China Report, 48(3), 253–268
  • Shoebridge, M. (2021, December). Australian Strategic Policy Institute: What is AUKUS and what is it not?