Perspektif Realisme Klasik dalam Mencegah Perang dan Meraih Rasa Aman

Studi hubungan internasional terbentuk atas dasar harapan adanya penyelesaian konflik antar negara. Hadirnya teori-teori digunakan untuk sebagai dasar dari bagaimana sebuah konflik dapat diselesaikan. Perang dunia pertama telah membuat banyak kerugian yang dihadapi oleh banyak pihak, seramnya perang dunia membuat banyak ilmuwan mempelajari mengenai bagaimana untuk menghindari perang dunia. Sebelum populernya teori realisme, studi hubungan internasional terlebih dahulu didominasikan dengan teori idealisme atau juga dikenal dengan liberalisme. Idealisme merupakan pendekatan yang dominan dikaji usainya perang dunia pertama. Teori idealisme merupakan teori yang menjadi dasar lahirnya Liga Bangsa-bangsa atau LBB dengan asumsi bahwa manusia itu kooperatif, di mana manusia secara naluriah akan saling bekerja sama satu sama lain untuk menciptakan perdamaian.


Selang beberapa tahun sejak usainya perang dunia pertama, dunia diguncangkan kembali dengan hadirnya perang dunia kedua. Di sinilah, LBB dianggap gagal dalam menjaga perdamaian dunia. Para ilmuwan pun memperbaharui dan memberi kritik terhadap idealis mengenai teori-teorinya. Kemudian, hadirlah Realisme yang hadir dari kritik terhadap Idealisme atau Liberalisme. Menurut Bob Sugeng Hadiwinata, Realisme itu sendiri merupakan teori yang menganggap bahwa hakikat manusia itu pada dasarnya adalah agresif dan egosentrik sehingga politik internasional adalah arena perjuangan untuk memperoleh kekuasaan. 


Jauh sebelum gagasan mengenai teori Realisme yang dikemukakan oleh banyak ahli, ternyata realisme sudah terlebih dahulu menjadi pemikiran oleh Thucydides dalam bukunya mengenai perang athena dan sparta, di mana perang tersebut ditimbulkan oleh masalah kekuatan militer. Pemikiran Thucydides ini adalah menjadi dasar dari perspektif realisme yang kita kenal di Perang Dunia ke-II. Thucydides menekankan bahwa faktor utama terjadinya perang adalah kekuatan militer dan menekankan pentingnya perimbangan kekuatan atau Balance of Power yang berpengaruh terhadap keamanan dan perdamaian negara.


Realisme menjadi mazhab teori hubungan internasional yang sangat populer. Teori Realisme dalam studi Hubungan Internasional dan pemikiran realisme politik berawal dari tulisan-tulisan Thomas Hobbes dan Niccoló Machiavelli, kemudian muncul sebagai pendekatan berbasis hubungan internasional pada masa selang antara Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Menurut Bob Sugeng Hadiwinata, terdapat proporsi penting dalam perspektif realisme yaitu pertama, negara merupakan aktor dalam hubungan internasional; Kedua, dalam melakukan hubungan internasional, negara menggunakan instrumen politik luar negeri yang dituntun oleh kepentingan nasional; Ketiga, Politik luar negeri dapat dibedakan dengan politik dalam negeri dengan sangat jelas; Keempat, hakikat hubungan antar negara adalah perjuangan untuk memperoleh kekuasaan. 


Berbeda dengan perspektif liberalisme yang digunakan Liga Bangsa-Bangsa yang menyatakan bahwa manusia itu kooperatif dan memandang isu hubungan internasional dengan optimisme, Realis memandang manusia itu egois dan memandang hubungan internasional dengan pesimistik. Hal yang menjadi fokus dalam Realisme adalah bagaimana pentingnya power dalam mengendalikan ancaman dan menjaga perdamaian. 


Bagaimana sebuah rasa aman dapat diraih berdasarkan teori Realisme Klasik?

Pandangan Realisme menganggap pentingnya sebuah power dalam menjaga perdamaian dunia, hal ini digambarkan oleh Realis bahwa negara secara naluriah negara akan membangun kekuatan militer demi memperjuangkan kekuasaan. Bagi Realis, ‘kekuasaan’ merupakan unsur utama politik internasional yang ditopang oleh tiga unsur penting lainnya seperti kekuatan militer, kekuatan ekonomi, dan kekuatan untuk mempengaruhi yang memiliki peran penting dalam menjaga kelangsungan hidup suatu negara. Lalu bagaimana rasa ‘aman’ dapat dicapai apabila kita menggunakan praktik dari Realisme?

Realisme sempat memberikan kritik terhadap Idealisme mengenai gagasan keamanan kolektif (collective security) yang diterapkan dalam Liga Bangsa-Bangsa. Keamanan kolektif itu sendiri merupakan sebuah sistem di mana masing-masing negara anggota menerima asumsi bahwa keamanan suatu negara merupakan perhatian dari semua negara anggota dapat bersama-sama menangani agresi. Namun, Realis menangkal bahwa keamanan kolektif itu dapat diaplikasikan untuk mencegah perang, bagi Realis hal tersebut tidak sesuai dengan motivasi yang dimiliki masing-masing negara. Dibanding menerapkan keamanan kolektif, adanya perimbangan kekuatan atau balance of power lebih bisa dipertimbangkan dalam mencegah perang dan mewujudkan rasa aman. Dalam perimbangan kekuatan, setiap negara menjaga keamanannya sendiri dan menghalangi agresi negara lain dengan saling membentuk aliansi pertahanan, sehingga terciptalah perdamaian yang membuat rasa aman. Bagi realism kuncinya adalah di perimbangan kekuatan atau balance of power

Jika kita melihat melalui sejarah Realisme dalam Peloponnesian War antara Athena melawan Sparta di mana pada saat itu perang tersebut dipicu atas kekhawatiran berlebihan Sparta oleh kekuatan militer Athena. Filsuf Thucydides menganggap bahwa yang menyebabkan peperangan sulit dicegah adalah peningkatan kekuatan militer Athena yang menyebabkan ancaman bagi Sparta, sehingga memunculkan peperangan. Perang antara Athena dan Sparta merupakan bukti nyata bagi Realis mengenai betapa pentingnya sebuah perimbangan kekuasaan atau balance of power.

Sebuah rasa aman dapat tercapai apabila power dan kekuatan militer diperhatikan dan menjadi fokus utama dalam menjaga perdamaian dunia. Realisme klasik memfokuskan pada power dan militer serta bagaimana sebuah balance of power dapat menjadi sebuah sistem yang dapat menciptakan rasa aman.



Ditulis oleh Aisha Amanda

Source:

  1. Ambarwati, & Wijatmadja, S. (2016). Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Malang: Intrans Publishing.

  2. Hadiwinata, B. S. (2017). Studi dan Teori Hubungan Internasional : Arus Utama, Alternatif, dan Reflektivis. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

  3. Jackson, R., & Sorensen, G. (2007). Introduction to International Relations: Theories and Approaches . Oxford: Oxford University Press.

  4. Viotti, P. R., & Kauppi, M. V. (1999). International Relations Theory: Realism, Pluralism, Globalism, and Beyond. Allyn and Bacon.